Rabu, 01 Januari 2014

Fisiologi Mikroba (PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME)




PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
(Laporan Praktikum Fisiologi Mikroba)


Disusun  Oleh
Lestari
1017021012









JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013



I.  PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri (Igbalali, 2008).

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
Aktifitas mikroorganisme umumnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, antara lain faktor fisik, misalnya suhu, pH, tekanan osmosis, kandungan oksigen, dan lain-lain. Faktor kimia, misalnya logam-logam beracun dan zat toksin. Faktor biologis, misalnya antibiotik, interaksi dengan mikroorganisme lainnya (Hafsah, 2009).

B.       Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah  melihat bagaimana pengaruh lingkungan terutama pngaruh suhu  dan  pH terhadap pertumbuhan mikroba.





















II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebutt, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Brooks, dkk., 1994).
Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh (Dwidjoseputro, 1994).
Beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak
Menurut  Filzahazny (2009) ,  Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1.    Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2.    Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3.    Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Darkuni, M. N. 2001)

Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar & Chan, 1986).

Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).















III. PROSEDUR PERCOBAAN

A.    Pengaruh pH media terhadap pertumbuhan mikroorganisme
1.      Alat dan bahan
Adapun alat  yang digunakan pada praktikum kali adalah tabung reaksi, cawan petri steril, vortex mixer, kertas pH, pipet volumetric, lampu spritus, kertas label, kertas tissue, jarum ose, otoklaf, dan incubator bakteri.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alcohol, spritus, aluminium foil, kapas, aquades, biakan murni bakteri, media Nutrien: agar (NA), KOH/NAOH, dan HCL/H2SO4.
2.      Cara kerja
Membuat media Ntrien Agar (NA) kemudian bagilah masing-masing menjadi 4 bagian yang sama bnyak. Aturlah sehingga media pada labu pertama pHnya 3, labu kedua pH5, labu ketiga pH7, dan labu keempat pH9 dengan menambahkan KOH atau NAOH untuk menaikan pH dan HCL atau H2SO4 untuk menurunkan pH. Berilah masing-masing label pada media labu. Selanjutnya  sterilkan dengan otoklaf pada suhu 121˚C tekanan 2 atm selama 15 menit. Lalu buatlah suspensi  bakteri dalam aquades atau larutan garam fisiologis. Homogenkan dengan vortex mixer.  Siapkan 4 cawan petri steril tuang masing-masing dengan 1 mL suspense bakteri. Dari 4 cawan berisi suspense bakteri, tuangi dengan media NA masing-masing dengan pH 3,5,7, dan 9. Ratakan suspense mikroba pada seluruh bagian cawan dengan menggoyang arah 8, masing-masing 5 kali. Biarkan media tersebut hingga memadat.  Selanjutnya inkubasi terbalik pada incubator dengan suhu kamar selama 24 jam. Hitunglah koloni mikroorganisme hasil biakan.
B.     Pengaruh suhu media terhadap pertumbuhan mikroorganisme
1.      Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung reaksi cawan petri steril, vortex mixer, pipet volumetric, lampu spritus, kertas label, kertas tissue, jarum ose, otoklaf, dan incubator bakteri. Sedang bahannya yaitu alcohol, spritus, aluminium foil, kapas, aquades, biakan murni bakteri, media Nutrien: agar (NA), KOH/NAOH, dan HCL/H2SO4.
2.      Cara kerja
Pertama buatlah media Nutrien Agar (NA), bagilah masing-masing menjadi 4 bagian yang sama banyak. Berilah masing-masing label. Kemudian sterilkan dengan otoklaf pada suhu 121˚C tekanan 2 atm selama 15 menit. Lalu buatlah suspensi  bakteri dalam aquades atau larutan garam fisiologis. Homogenkan dengan vortex mixer.  Siapkan 4 cawan petri steril tuang masing-masing dengan 1 mL suspensei bakteri. Dari 4 cawan berisi suspense bakteri, tuangi dengan media NA. Ratakan suspense  mikroba pada seluruh bagian cawan dengan menggoyang arah 8, masing-masing 5 kali. Lalu biarkan media memadat. Selanjutnya inkubasi terbalik pada incubator masing-masing pada suhu 25˚C, 37˚C, 60˚C, dan 4˚C selama 24 jam. Amti dan hitung koloni yang berhasil dibiakan.












IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.      Data Pengamatan

Tabel 1. Data Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Jenis isolat
Perlakuan (pH)
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
Jumlah Sel
I
II
II
Bacillus thuringiensis
5
0,058
0,065
0,117
0,240
0,08
4,972
7
0,231
0,233
0,172
0,636
0,212
7,130
9
0,211
0,198
0,307
0,716
0,238
7,556


Tabel 2.  Data Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Jenis isolat
Perlakuan (oC)
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
Log Jumlah Sel
I
II
II
Bacillus thuringiensis
25
0,847
0,710
0,750
2,307
0,769
20,783
37
0,141
0,067
0,168
0,376
0,125
5,708
55
0
0
0
0
0
3,66

B . Pembahasan

Dalam praktikum ini digunakan bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri ini digunakan sebagai sampel yang diberi perlakuan pertumbuhan pada kondisi lingkungan tertentu.  Yang dimati dalam praktikum ini ialah pengaruh pH dan juga suhu terhadap pertumbuhannya. Dari hasil praktikum diperoleh nilai pH yang berbeda untuk tiap sampel, sampel pada perlakuan pH 5 diperoleh rata-rata nilai pH sebesar 0,08 dan memilki jumlah sel 4,972 . Perlakuan  pH 7 diperoleh rata-rata pH sebesar 0,212 dan log jumlah sel 7,130 sedangkan pada perlakuan pH 9 didapat nilai rata-rata 0,238 dan dengan log  jumlah sel 3,66 . Perbedaan nilai pH ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, pH media yang membuat adanya perubahan sifat lingkungan bakteri dan juga pengaruh pH lingkungan saat pengukuran pH.

Pengaruh pH pada pertumbuhan mikroorganisme yaitu suatu mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada pH yang tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Hanya beberapa jenis bakteri tertentu yang dapat bertahan dalam suasana asam ataupun basa. Suatu mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk melakukan metabolism.

Setelah dilakukan pengukuran pH kemudian dilanjutkan dengan pengukuran nilai absorban, untuk pengukurannya digunakan panjang gelombang yang sama pada tiap sampel , yaitu Ī»= 650 nm. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata. Sampel 1 sebesar 0,2386 nm, sampel 2 sebesar 0,212, dan sampel 3 sebesar 0,212. Dari Hasil pengamatan menunjukan bahwa bakteri Bacillus thuringiensis memiliki nilai panjang gelombong maksimum sebesar 0,2386 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorpsi maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadapnsinar (Suriawiria, U. 1996)
Tujuan pengukuran absorban ini pada prinsipnya adalah untuk mencari “nilai sebenarnya” dari suatu parameter kuantitas kimiawi. Nilai sebenarnya adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar dan didefinisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut diukur, beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik adalah konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain lain. Pengukuran parameter-parameter ini sangat penting, karena data yang diperoleh nantinya tidak hanya sebagai ukuran angka-angka biasa namun juga baik kualitatif maupun kuantitatif dengan dapat menunjukkan nilai besaran yang sebenarnya. Setting nilai absorbansi = 0. Setting nilai transmitansi = 100 %  (Beran, J.A 1996).
Larutan yang akan digunakan dalam penggunaan spektrofotometer adalah larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analat untuk dianalisis (Basset 1994). Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100% transmittans. Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan.
Selain itu temperature  juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga untuk melihat bagaimana suhu mempengaruhi pertumbuhan dilakukan beberapa indikator suhu yang berbeda. Yaitu suhu 25˚C, 37˚C, 60˚C, dan 4˚C selama 24 jam.

Pengaruh temperatur pada  petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu: Mikroorganisme Psikofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 0˚C sampai 30˚C. Sedangkan temperatur optimumnya antara 10˚C sampai 20˚C. Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 50˚C sampai 60˚C. Sedangkan temperatur optimumnya antara 25˚C sampai 40˚C. Mikroorganisme Termofilik adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 55˚C sampai 65˚C, meskipun bakteri ini juga dapat berkembang biak pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan batas optimumnya antara 40˚C sampai 80˚C (Underwood 1990).
Berdasarkan hasil percobaan pertumbuhan bakteri pada setiap perlakuan suhu memilki hasil yang  berbeda. Hal ini  terlihat dari jumlah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu tertentu. Pada suhu 25˚C diperoleh jumlah rata-rata 0,769 dan log jumlah sel 20,783. Suhu 37˚C diperoleh jumlah rata-rata 0,125 dan log jumlah sel 5,708. Sedangkan pada suhu 55˚C tidak didapatkan bakteri yang tumbuh , hal ini disebabkan karena Bacillus thuringiensis termasuk kedalam kelompok mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC. sehingga bakteri ini tidak tumbuh pada media isolasi.






























V. KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sampel pada perlakuan pH 5 diperoleh rata-rata nilai pH sebesar 0,08 dan memilki jumlah sel 4,972 . Perlakuan  pH 7 diperoleh rata-rata pH sebesar 0,212 dan log jumlah sel 7,130 sedangkan pada perlakuan pH 9 didapat nilai rata-rata 0,238 dan dengan log  jumlah sel 3,66.
2.   Perbedaan nilai pH ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, pH media yang membuat adanya perubahan sifat lingkungan bakteri dan juga pengaruh pH lingkungan saat pengukuran pH.
3.   Berdasarkan pengukuran nilai absorban Bacillus thuringiensis memiliki nilai panjang gelombong maksimum sebesar 0,2386 nm.
4.    Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorpsi maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar.
5.   Pada suhu 25˚C diperoleh jumlah rata-rata 0,769 dan log jumlah sel 20,783. Suhu 37˚C diperoleh jumlah rata-rata 0,125 dan log jumlah sel 5,708.
6.   Suhu menjadi salah factor utama dari pertumbuhan mikroba, baik suhu optimum maupun minimun tiap bakteri memiliki habitat yang sangat spesifik.







DAFTAR PUSTAKA

Beran,J.A.1996.Chemistry The Laboratory,John Willey & Sons.
Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Darkuni, M. N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Universitas Negeri     Malang. Malang
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.
Underwood,A.L.1990.Analiss Kimia Kuantitatif Edisi Enam.Erlangga.Jakarta
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.









Lampiran

Tabel  1. Data Pengamatan Pengaruh pH (Keasaman) Terhadap Pertumbuhan Mikroba
No
Ph (Keasaman)
Panjang Gelombang (Ī»)
Absorban
1
9
620
0,211
2
9
620
0,198
3
9
620
0,307
1
7
620
0,231
2
7
620
0,233
3
7
620
0,172
1
5
620
0,058
2
5
620
0,065
3
5
620
0,177

Tabel 2. Data Pengamatan Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroba
No
Suhu (◦C)
Panjang Gelombang (Ī»)
Absorban
1
25
620
0,847
2
25
620
0,710
3
25
620
0,750
1
37
620
0,141
2
37
620
0,067
3
37
620
0,168
1
55
620
-0,003
2
55
620
-0,004
3
55
620
-0,002

Tabel  3.  Data Pengamatan Kontrol
No
Jumlah Sel Mikroba
Panjang Gelombang (Ī»)
Absorban
1
100
620
0,015
2
101
620
0,028
3
102
620
0,041
4
103
620
0,019
5
104
620
0,030
6
105
620
0,045
7
106
620
0,013
8
107
620
0,043

Perhitungan

Tabel 4. Data hubungan jumlah sel dengan absorbansi 620nm
Absorbansi
Log Jumlah sel
0,043
7,176
0,013
6,176
0,045
5,176
0,030
4,176
0,019
3,176
0,041
2,176
0,028
1,176
Ketentuan Mcfarland : 1,5 x108 CFU/ml
Persamaan regresi menggunakan metode Least Square
Y = a + bx
Y = jumlah sel
X = nilai absorbansi pada panjang gelombang 620 nm
s
a = Y̅ - bX̅
X
Y
XY
0,043
7,176
0,308
1,85 x 10-3
0,013
6,176
0,080
1,69 x 10-4
0,045
5,176
0,233
2,03 x 10-3
0,030
4,176
0,125
9 x 10-4
0,019
3,176
0,060
3,61 x 10-4
0,041
2,176
0,089
1,68 x 10-3
0,028
1,176
0,033
7,84 x 10-4
∑X = 0,219
∑Y = 29,232
∑XY = 0,929
∑X² = 7,77 x 10-3

̅X =  0,031

   ̅Y= 4,176



Diketahui n = 7
Maka :
                                             = 16,35
                                          a = 4,176 – (16,35) (0,031)
                                             = 3,664


Tidak ada komentar:

Posting Komentar