ISOLASI MIKROBA PENGHASIL ENZIM AMILASE DAN SELULASE DARI
KOTORAN TERNAK
(Laporan Praktikum Fisiologi Mikroba)
Disusun Oleh
Lestari
1017021012
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut
Mayrback (1952) dari Jerman, enzim adalah senyawa protein yang dapat
mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim
merupakan biokatalisator artinya senyawa organic yang mempercepat reaksi kimia.
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan
dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses
biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim
bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa
intermediat melalui suatu
reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga
percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi
lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mendapatkan isolat bakteri murni penghasil enzim selulosa dan amilosa
yang berasal dari kotoran sapi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim
adalah biomolekul
berupa protein
yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia
organik. Molekul
awal yang disebut substrat
akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis
produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter.
Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme
yang ditentukan oleh hormon
sebagai promoter (Gaman dan Sherrington, 1992).
Enzim
bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa
intermediet
melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi
lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia
dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Enzim bekerja
di dalam sel dan hanya sebagian kecil yang bekerja di luar sel. Enzim yang
bekerja di dalam sel disebut enzim intraseluler, misalnya enzim katalase yang
berfungsi memecah senyawa-senyawa berbahaya.
Sementara enzim yang bekerja di luar sel, disebut enzim ekstraseluler.
Enzim-enzim tersebut mengendalikan reaksi biokimia, seperti respirasi,
pertumbuhan, perkecambahan, fotosintesis, pencernaan, dan lain-lain.
Beberapa faktor yang mempengaruhi enzim antara lain: suhu; pH atau keasaman;
konsentrasi enzim, substrat, dan keasaman; dan inhibitor enzim (Gaman dan
Sherrington, 1992).
Ruminansia mempunyai lambung-lambung yang besar, yaitu
abomasum, dan lambung muka yang membesar yang mempunyai tiga ruangan, yaitu
rumen, retikulum, dan omasum (Arora, 1989). Ruminansia mampu mencerna serat dengan baik. Hal ini
dikarenakan ternak ruminansia memiliki saluran pencernaan yang kompleks yang
mampu mencerna hijauan (Williamson dan Payne, 1993). Kondisi dalam
rumen adalah anaerobik dan mempunyai temperatur 38 – 42oC. Saliva
yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan
pH tetap pada 6,8 (Arora, 1989).
Dari
empat bagian perut tersebut, rumen merupakan bagian perut yang
terbesar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi
fermentasi mikroba.
Pencernaan fermentatif makanan oleh mikroba rumen akan berlangsung
baik apabila didukung oleh kondisi yang sesuai untuk kehidupan mikroba. Di dalam rumen
ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba
yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa.
Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan
protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen.
Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a)
bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk asam, (c)
bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik, (e)
bakteri/mikroba proteolitik (Sutardi, 1977).
Selulosa
merupakan homopolisakarida dengan glukosa sebagai monomernya. Molekul selulosa
berbentuk linier dan tak bercabang yang terdiri dari 10.000 sampai 15.000 unit
D-glukosa (Lehninger, 2008).Perbedaan selulosa dengan amilosa yang juga
polisakarida dari glukosa terletak pada konfigurasi residu glukosa
penyusunnya.Selulosa tersusun dari residu-residu β-glukopiranosil yang
dihubungkan dengan ikatan β(1à4), sedangkan amilosa oleh ikatan α(1à4) akibatnya terdapat perbedaan yang kontras
dalam hal struktur dan sifat fisik keduanya (Harrow,1954).
Menurut Hawab
(1989)selulosa adalah senyawa organik yang paling melimpah
di alam.Ada dua tipe dasar selulosa yang terdapat di alam, yaitu pektoselulosa dan lignoselulosa. Contoh pektoselulosa seperti
rami yang mengandung 80% selulosa dan contoh lignoselulosa yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Sebagai senyawa utama penyusun dinding sel tanaman,
selulosa mencakup sekitar 30% dari keseluruhan material tumbuhan (90% dari
kapas dan 50% dari kayu merupakan selulosa).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A.
Alat
dan bahan
Andapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah
cawan petri steril, jarum ose, bunsen burner, tissue, pipet steril, shaker
waterbath, erlenmeyer steril, sentrifuge . Untuk bahan disiapkan kotoran sapi 1 gram, kertas
saring yang telah dihancurkan, aquades, media NA, Media Nutrien Broth, dan CMC.
B.
Prosedur
percobaan
1.
Penanaman bakteri
Metode yang digunakan
dalam penanaman bakteri adalah metode Pour Plate (Agar tuang) . Diambil
10 g dari masing-masing sampel, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi 90 ml air laut steril, digojog menggunakan vortex hingga homogen
dan diperoleh pengenceran 10-1. Selanjutnya dari pengenceran 10-1 diambil 1 ml
menggunakan pipet steril kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml air laut steril dan
diperoleh pengenceran 10-2. Demikian selanjutnya dilakukan pengenceran hingga
diperoleh pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7. Pada masing-masing pengenceran
diambil 1 ml suspensi bakteri menggunakan pipet steril dan dimasukkan ke dalam
masing-masing cawan petri steril. Selanjutnya di tambahkan ke dalamnya 20 ml
media Zobell 2216 E (dengan suhu sekitar 45°C yang telah dicairkan sebelumnya)
dan di ratakan. Selanjutnya cawan petri tersebut dibungkus dengan kertas
pembungkus dan diinkubasikan selama 2 x 24 jam.
Penanaman bakteri
IV.
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Tabel
I. Data Pengamatan Isolasi Mikroba
Penghasil Enzim Amilase
No
|
Pengenceran
|
No Koloni
|
Penghasil Enzim
Amilase
|
Jumlah Koloni Terpisah
|
1
|
Pengenceran 10-3
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
||
3
|
-
|
-
|
||
4
|
-
|
-
|
||
5
|
-
|
-
|
||
6
|
-
|
-
|
||
7
|
-
|
-
|
||
8
|
-
|
-
|
||
9
|
-
|
-
|
||
10
|
+
|
5 Koloni
|
||
2
|
Pengenceran 10-4
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
||
3
|
-
|
-
|
||
4
|
-
|
-
|
||
5
|
-
|
-
|
||
6
|
-
|
-
|
||
7
|
-
|
-
|
||
8
|
-
|
-
|
||
9
|
-
|
-
|
||
10
|
-
|
-
|
Keterang
: + (Positif) ; - (negatif)
Tabel
II. Data Pengamatan Isolasi Mikroba
Penghasil Enzim Selulase
No
|
Pengenceran
|
No Koloni
|
Penghasil Enzim
Selulase
|
Jumlah Koloni Terpisah
|
1
|
Pengenceran 10-3
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
||
3
|
-
|
-
|
||
4
|
-
|
-
|
||
5
|
-
|
-
|
||
6
|
-
|
-
|
||
7
|
-
|
-
|
||
8
|
-
|
-
|
||
9
|
-
|
-
|
||
10
|
-
|
-
|
||
2
|
Pengenceran 10-4
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
||
3
|
-
|
-
|
||
4
|
-
|
-
|
||
5
|
-
|
-
|
||
6
|
-
|
-
|
||
7
|
+
|
3 Koloni
|
||
8
|
-
|
-
|
||
9
|
-
|
-
|
||
10
|
-
|
-
|
Keterang
: + (Positif) ; - (negative)
B.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan
proses isolasi mikroba dari kotoran ternak untuk melihat jenis mikroba yang
dapat menghasilkan enzim selulosa dan enzim amilosa. Isolasi mikroba adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat
di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Menurut Sutedjo (1996) proses pemisahan atau
pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu
populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari
isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya
yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu
koloni sel yang tetap pada tempatnya.
Jika sel-sel tersebut tertangkap
oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau
kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang
terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya.
Bila digunakan media cair, sel-sel
mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap
tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara
pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk
koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung
reaksi atau cawan petri-cawan petri yang terpisah.
Dalam proses uji aktivitas produksi selulase
dilakukan dengan medium agar diperkaya CMC. Kultur isolat-isolat yang diperoleh
dari hasil isolasi diinokulasikan
diletakan pada media diperkaya CMC 1%. Larutan congo red dituang ke atas
kultur untuk identifikasi aktivitas selulolitik. Adanya aktivitas enzim selulase
ditunjukan terbentuknya zona bening di sekitar media dengan latar belakang
merah muda. Untuk hasil yang positif kemudian dipindahkan ke media Nutrien Agar
(NA) dengan metode kuadran. Hal ini untuk memperoleh isolat yang terpisah
diharapkan memperoleh bakteri dengan koloni terpisah. Dari hasil praktikum
didapat koloni terpisah pada pengenceran 10-3 hanya pada koloni
nomor 10 dari biakan aslinya. Untuk pengenceran 10-4 tidak
didapatkan koloni yang terpisah dan didapat sebanyak 5 koloni. Tidak
diperolehnya koloni terpisah, hal ini disebabkan kurang terampilnya praktikan
dalam melakukan pemisahan isolasi dengan metode kuadran.
Untuk pengujian produksi amylase dapat dideteksi
dengan penambahan reagen iodine pada tiap koloni yang tumbuh pada media untuk
menyeleksi bakteri penghasil amylase. Isolat yang menghasilkan amylase
ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni. Enzim
amylase dapat dipisahkan dari protease dengan menambahkan insoluble starch ke dalam kultur untuk menyerap amilase.
Selanjutnya untuk pemisahan koloni produksi enzim amylase
hanya pada pengenceran 10-4 didapatkan
koloni yang terpisah yaitu pada
biakan asli nomor 7. Dari hasil
pemisahan tersebut diperoleh sebanyak 3 koloni terpisah. Pada pemisahan ini
juga tidak diperoleh hasil maksimal sama halnya pada pemisahan untuk produksi
enzim selulosa. Sehingga pada praktikum ini tidak dilakukan uji lebih lanjut.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Isolasi
mikroba adalah mengambil mikroorganisme
yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.
2. Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
3. Untuk uji produksi enzim selulosa
didapat koloni terpisah pada pengenceran 10-3 hanya pada koloni
nomor 10 dari biakan aslinya sebanyak 5 koloni. Untuk pengenceran 10-4
tidak didapatkan koloni yang terpisah.
4. Untuk uji produksi enzim amilosa
hanya pada pengenceran 10-4 didapatkan
koloni yang terpisah yaitu pada
biakan asli nomor 7. Dari hasil
pemisahan tersebut diperoleh sebanyak 3 koloni terpisah
5. Tidak diperolehnya koloni
terpisah secara maksimal, hal ini disebabkan kurang terampilnya praktikan dalam
melakukan pemisahan isolasi dengan metode kuadran.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S.P. 1989. Pencernaan
Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gaman, P. M. and K. B Sherington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Ir. Murdijati
Gardjito, dkk. Yogyakarta: UGM Press.
Harrow, B. And
Mazur A. 1954. Biochemistry. Six
Edition. W.B. Saunders Company: Philadelphia and London.
Hawab, et
al.1989. Penuntun Praktikum Biokimia
Lanjutan. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB Bogor.
Sutardi, T. 1977. Ikhtisar
Ruminologi Badan Khusus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon, Lembang.
Direktorat Jenderal Peternakan: Lembang Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi Badan
Khusus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon, Lembang. Direktorat Jenderal
Peternakan:
Lembang
LAMPIRAN
Foto Mikroba Penghasil Enzim Amilase
Foto Mikroba Penghasil Enzim Selulase
Tidak ada komentar:
Posting Komentar